Mahasiswa FDIK GO KKN Internasional
Alhamdulillah tahun ini UIN Antasari kembali memberangkatkan mahasiswa untuk berangkat KKN Internasional. Dari total 8 mahasiswa UIN Antasari yang mengikuti KKN Internasional di Serawak, Malaysia, 3 diantaranya merupakan mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK) yaitu Muhammad Rivaldi Akbar dan Aliya Izzet Begofieq Anza dari jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) serta Halisa Amalia dari jurusan Manajemen Dakwah (MD).
Dilansir dari website resmi UIN Antasari, pada Kamis (6/7/2023) telah diselenggarakan pelepasan oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Dr. Irfan Noor, M.Hum., bersama Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Dr. M. Zainal Abidin, M.Ag., dan Koordinator Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) Dr. Nuryadin, M.Ag., berlangsung di Halaman Gedung Pusat Sumber Belajar (PSB) Kampus 1.
KKN dilaksanakan selama 1 bulan, dengan menempuh perjalanan darat yang memakan waktu selama 2 hari melintasi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Lalu, tiba di Serawak pada Sabtu (8/7/2023). Mengutip dari website resmi UIN Antasari, para peserta KKN Internasional akan ditempatkan di 2 desa, yaitu Desa Pedaun Bawah dan Desa Blimbing, Daerah Bau, Bagian Kuching.
Tak luput, Izzet mengungkapkan rasa syukurnya karena terpilih menjadi salah satu peserta KKN yang berskala internasional ini.
“Alhamdulillah saya sangat bersyukur dan bangga ikut serta menjadi peserta KKN Internasional. Ini adalah atas Izin Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi peserta KKN ini,” ungkapnya.
Ia juga menyebutkan beberapa program kerja yang dilakukan di sana, terdiri dari pembelajaran agama Islam hingga kegiatan sosial kepada masyarakat desa.
“Kami sudah merencanakan program kerja sementara sebelum pemberangkatan yaitu pembelajaran fikih, pengajian iqra maupun Al-Qur’an dan gotong royong. Jika rencana tersebut berkesesuaian dengan kebutuhan desa disana. Jika tidak, kami akan membuat program kerja baru,” jelas Izzet.
Rivaldi pun tidak menyangka mendapat kesempatan untuk melangsungkan KKN di sana.
“Sangat berbangga, karena saya tidak terpikir atau tidak ada kepikiran untuk melakukan KKN secara internasional ataupun di negara orang,” ujarnya.
Menurutnya program KKN ini harus menjadi ladang menebar kebermanfaatan kepada satu sama lain, bukan hanya kepada satu pihak saja.
“Ushikum wa nafsiy,” kutip Rivaldi dari perkataan seorang ulama.
“Memberikan sebuah kebermanfaatan kepada orang lain pastinya itu bukan hanya untuk kita tapi untuk orang lain juga. Alhasil kita telah menciptakan simbiosis mutualisme artinya keuntungan satu sama lain,” sambungnya.
Menjadi tantangan tersendiri, di sana Islam menjadi agama dengan pemeluknya yang cenderung sedikit. Sebagian besar penduduk Muslim merupakan seorang mualaf yang membutuhkan bimbingan.
“Itu menjadi pekerjaan rumah (pr) terbesar kami untuk mengajar anak-anak maupun orang dewasa (muallaf) dari yang menurut kita itu hal biasa tapi disini itu adalah pembelajaran yang sangat penting salah satunya berwudhu, bersuci maupun sholat,” pungkas Halisa Amalia.
Besar harapan Amalia agar dapat menebarkan manfaat kepada masyarakat dan orang-orang terdekat.
“Semoga kedepannya banyak memberikan kebermanfaatan untuk orang banyak juga ke diri sendiri dan orang-orang terdekat,” harapnya.
Reporter: Jumratul Akabah & Muhammad Samman
Penulis: Muhammad Samman